News Update :

Kepemimpinan Transformasional Menuju Indonesia Bermartabat

Selasa, 03 April 2012

Masih lemahnya kemampuan bangsa ini dalam hal diplomatik menjadi salah satu faktor turunnya martabat bangsa ini di hadapan bangsa lain. Kondisi yang berbeda bila dibandingkan pada Era Soekarno yang disegani oleh bangsa lain, hal tersebut dikarenakan memiliki keberanian dalam mengambil sikap dan keputusan.
Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Hukum UII, Prof . Dr. Mahfud MD, SH., SU., yang juga sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi RI, saat menjadi pembicara pada acara diskusi publik bertema Menuju Indonesia Bermartabat Melalui Kepemimpinan Transformasional di Ruang Seminar FISIP Universitas Atmajaya Yogyakarta, Minggu (1/4/2012).
Diskusi publik diikuti oleh berbagai elemen masyarakat, diantaranya perwakilan etnis tionghoa, perwakilan perhimpunan petani, serta civitas akademika dari berbagai kampus yang ada di Yogyakarta. Acara diskusi publik juga dihadiri oleh Rektor UII, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec.
Menyikapi  jalannya pemerintahan Prof. Dr. Mahfud, menyampaikan,  pembangkangan yang terjadi akhir-akhir ini dikarenakan adanya sikap ketidak percayaan masyarakat kepada pemerintah. Seperti contoh rencana kebijakan pemerintah pusat untuk menaikkan haraga BBM yang memperoleh penolakan dari beberapa kepala daerah. Namun juga tidak tepat bila pada akhirnya penolakan yang dilakukan mengakibatkan pemerintah dan masyarakat berjalan sendiri-sendiri. Pembangkangan yang dilakukan justru  akan menghambat pembangunan di daerah tersebut.
"Saya tidak setuju bila harga BBM dinaikkan, tapi saya lebih tidak setuju lagi kalau pemerintah daerah justru melawan pemerintah pusat, yang dapat menimbulkan disintegrasi dan perpecahan terhadap bangsa ini. Boleh saja kepala daerah tidak sepakat dengan kebijakan pemerintah. Tetapi yang menjadi masalah, persoalan itu harus diselesaikan tanpa harus dengan perlawanan yang mengatas namakan rakyat,” jelasnya.
Demokrasi agar berjalan dengan baik harus seimbang dengan aturan hukum. Bila demokrasi tidak dikawal maka pada akhirnya akan memunculkan praktek anarkisme. Sebagai contoh Prof. Dr. Mahfud menyinggung banyaknya ilmuan yang tidak memiliki intergritas. Tidak dibenarkan menggunakan dalil-dalil yang sebenarnya kurang tepat sebagai dasar mengambil keputusan. Begitu juga dengan hasil keputusan hakim yang saat ini banyak ditransaksikan.
Kasus lain yang dihadapi bangsa ini adalah masih tinnginya kasus korupsi yang belum dapat diselesaikan seutuhnya. Hal tersebut pada intinya membutuhkan integritas dan sikap yang mengedepankan hati nurani dalam pengambilan keputusan.
Sementara itu pembicara lainnya, Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Dr R. Maryatmo MA, dalam kesempatannya menyampaikan, sebagai pemimpin tranformasional diharapkan  mampu menjalankan visi misi sebagai tujuan dari seluruh komponen bangsa. Sebagai pemimimpin juga harus mampu meyakinkan pentingnya kepentingan bersama, yang mana saat ini kepentingan individu dan kelompok lebih ditonjolkan. Pemimpin juga harus dapat menjadi contoh dan juga harus mampu menunjukkan jati diri bangsa ini.

http://www.uii.ac.id

Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright info wisuda 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.