Sejarah
Sekitar awal tahun 1950-an masyarakat Jawa Tengah pada umumnya dan masyarakat Semarang khususnya, membutuhkan kehadiran sebuah universitas sebagai pelaksana pendidikan dan pengajaran tinggi. Hal itu untuk membantu pemerintah dalam menangani dan melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pada waktu itu di Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta hanya memiliki Universitas Gajah Mada yang berstatus sebagai universitas negeri.
Beberapa tokoh yang
memprakarsai berdirinya Universitas Semarang diantaranya Mr. Imam Bardjo, waktu
itu menjabat Kepala Kejaksaan atau Pengawas Kejaksaan-Kejaksaan di Jawa Tengah
dan Yogyakarta, Mr. Sudarto, Mr. Soesanto Kartoatmodjo, dan Mr Dan Soelaiman,
ketiganya jaksa di Semarang.
Sedangkan beberapa
tokoh yang ditetapkan pertama kali sebagai pengurus yayasan dalam akte notaris,
sebagai Ketua Mr. Soedarto, Wakil Ketua Mr. Dan Soelaiman, Panitera Mr.
Soesanto Kartoatmodjo, Bendahara Tuan Achmad Tjokrokoesoemo, Pembantu Mr. Imam
Bardjo, Mr. Goenawan Goetomo, Mr. Tan Tjing Hak, dan Mr. Koo Swan Ik.
Pendirian Universitas
Semarang ternyata mendapat tanggapan dan bantuan dari berbagai pihak, khususnya
masyarakat Semarang, Pemda Propinsi Jawa Tengah, serta Pemkot Semarang. Secara
resmi Universitas Semarang dibuka pada tanggal 9 Januari 1957, sebagai Presiden
Universitas diangkat Mr. Imam Bardjo. Waktu itu beliau juga memberikan mata
kuliah umum Hak-hak Azasi Manusia.
Mengingat usianya yang
masih sangat muda dengan sarana dan prasarana pendidikan yang masih sangat
terbatas, maka pada waktu itu baru dapat dibuka Fakultas Hukum dan Pengetahuan
Masyarakat. Sebagai dekan pertama, Mr. R. Soebijono Tjitrowinoto. Kemudian pada
tanggal 1 Maret 1957 dibuka pendidikan Akademi Administrasi Negara yang
kemudian berubah menjadi Fakultas Sosial dan Politik, dengan dekan pertama Mr.
R. Goenawan Goetomo.
Akademi Tata Niaga
atau yang sekarang menjadi Fakultas Ekonomi dibuka pada tanggal 21 September
1958, sebagai dekan pertama, Dr. Tjioe Sien Kiong. Sedangkan pendidikan Akademi
Teknik, yang kemudian menjadi Fakultas Teknik, dibuka pada tanggal 20 Oktober
1958, dengan dekan pertama, Prof. Ir. R. Soemarman.
Akademi Teknik
Pendirian Akademi
Teknik tak terlepas dari jasa Prof. Dr. Ir. Jakub Rais, M.Sc, mantan Caretaker
Rektor UNDIP periode Oktober 1965 sampai Desember 1966. Sejak tahun 1956, Prof.
Jakub Rais, sudah tinggal di Semarang sebagai Kepala Kantor
Pendaftaran Tanah. Ia alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Teknik Universitas
Indonesia, di Bandung, kini menjadi ITB, pada akhir 1955. Di masa penjajahan
dulu disebut kantor itu disebut Kadaster dan kini dinamakan Badan Pertahanan
Nasional.
Pada tahun 1957,
ada suatu peristiwa yang mengubah sama sekali jalan hidupnya. Suatu sore, ia
mengantar istrinya ke Toko “De Zon” di Jalan Bojong, kini menjadi pasar
swalayan. Ia berdiri di luar toko, di bawah tiang listrik. Ketika ia
melihat orang berlalu lalang, ada seseorang yang telah ia kenal sebelumnya
sebagai Menteri Agraria periode 1955/1956, yaitu Mr. R. Gunawan Gutomo.
Dalam pertemuan itu,
Mr. Gunawan mengajaknya untuk bergabung dengan sekelompok para sarjana hukum
dari kantor kejaksaan di Semarang yang telah mendirikan Universitas Semarang.
Mereka yaitu, Imam Barjo SH, Soedarto SH, Soesanto Kartoatmojo, SH, dan
Sulaiman, SH. Sedang Mr. Gunawan dari Pengadilan Negeri Semarang, dan
pernah menjadi Jaksa Agung di masa Presiden Soekarno. Mr Gunawan
memintanya mendirikan Akademik Teknik. Waktu itu Universitas
Semarang terdiri dari akademi-akademi, antara lain Akademi Tata Niaga dan
Akademi Tata Negara.
Gagasan di bawah tiang
listrik dan di tepi jalan itu membuatnya berpikir dan akhirnya terasa
terpanggil untuk menindak lanjuti gagasan Akademi Teknik ini. Ketika itu
umurnya 29 tahun. Ia kebetulan mempunyai teman, Ir.Moeljadi Banuwidjojo, kini
sudah meninggal, Kepala Dinas Kehutanan di Semarang, yang sama-sama bergabung
dalam Rotary Club Semarang. “Saya dan Moeljadi kemudian merancang suatu
pertemuan dengan beberapa insinyur sipil dari Dinas Pekerjaan Umum Jawa
Tengah,” ungkap Prof Jakub Rais.
Beberapa teman juga
dihubunginya, seperti Ir. Oesman Djojodinoto, Ir. Ibnu, Ir. Lie Kok Gwan,
pengusaha juga anggota Rotary Club), Ir. Oei Djwee Hwie, Ir. Sunardi dan Ir.
Tjoa Teng Kie. Ir. Sunardi kemudian menjadi pegawai negeri UNDIP dan guru
besar di Fakultas Teknik UNDIP. Seorang insinyur sipil di Jawatan Kereta Api,
Ir. Imam Subarkah, juga diajaknya bergabung. Dan kebetulan Kepala Jawatan
Umum waktu itu adalah Prof. Ir. Soemarman, gurubesar luar biasa Fakultas
Teknik Universitas Gajah Mada.
Beliau dengan senang
hati bergabung untuk mendirikan Akademik Teknik Universitas Semarang. Jumlah
insinyur di kota Semarang hanya ada sembilan orang pada tahun 1958. Sebagian
besar lulusan TH Bandung di zaman Belanda dan TH Delft di negeri Belanda, dan
sembilan insinyur itulah yang menyusun kurikulum sampai tingkat
bakaloreat.
Dengan selesainya
kurikulum maka pas tanggal 1 September 1958 berdirilah Akademi Teknik
Universitas Semarang, Jurusan Teknik Sipil dengan Prof. Ir. Sumarman sebagai
Dekan dan Jacub Rais sebagai Sekretaris, yang mendapat tunjangan jabatan
sebesar Rp. 500. Mahasiswa pertama sebanyak 15 orang dan kuliah dilakukan di
beberapa lokasi, karena belum ada gedung, kadang-kadang di gedung
bioskop, rumah di Jalan Beringin (kantor Yayasan Universitas Semarang)
dan kemudian mendapat gedung tetap bekas bioskop di Jalan MT. Haryono No.
427 milik Pepekuper Teritorium IV, sebagai kampusnya
Perkuliahan dilakukan
pada sore hari juga dengan meminjam sebuah gedung di sekitar Tugu Muda (saat
ini menjadi gedung Wisma Perdamaian). Berikutnya pada periode yang lebih mapan
Fakultas Teknik pindah ke “Gedung Putih“ di Kampus Pleburan / Jl. Hayam Wuruk.
Pada tahun 1996 sampai dengan sekarang Kampus Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro pindah ke Tembalang, yang dibangun melalui proyek Six Universities
Development and Rechabilitation (SUDR).
Sejak Universitas
Diponegoro diresmikan sebagai perguruan tinggi negeri pada tanggal 15 Oktober
1960, Fakultas Teknik sebagai pencetak sumber daya manusia yang berkualitas,
terus mengembangkan diri dengan mendirikan Jurusan /Program Studi yang
dibutuhkan masyarakat. Jurusan Teknik Sipil merupakan jurusan yang
pertama, dengan Ketua Jurusan merangkap Dekan Fakultas Teknik pertama Prof. Ir.
Soemarman. Jurusan Teknik Sipil terakreditasi A melalui SK BAN Perguruan Tinggi
No. 021/BAN-PT/AK-VII/S1/VI2004. Pada tahun 1997 Jurusan Teknik Sipil
melahirkan Program Magister Teknik Sipil (S2, dan pada bulan Juni 2004 ikut
membidani berdirinya Program Doktor Teknik Sipil (S3).
Pada tahun 1962,
dibuka Jurusan Teknik Arsitektur dengan Ketua Jurusan pertama dijabat oleh Ir.
Sidharta (sekarang Prof. Ir. Sidharta, yang telah pensiun). Jurusan Arsitektur
terakreditasi A pada bulan Juni-2003. Jurusan Arsitektur juga melahirkan
Program Magister Teknik Arsitektur (S2) pada tahun 1998, dan bersama-sama
Jurusan Pengembangan Wilayah dan Kota pada tahun 2004 juga
mendirikan Program Doktor Teknik Arsitektur dan Perkotaan (PDTAP).
Pada tahun 1965 dibuka
Jurusan Teknik Kimia dengan Ketua Jurusan pertama dijabat oleh Ir. Nisyamhuri
(kini sudah pensiun). Pada bulan September 2003 Jurusan Teknik Kimia telah
terakreditasi A. Pada tahun 2005 juga melahirkan Program Magister Teknik Kimia
(S2).
Pada tahun 1969 dibuka
Jurusan Matematika. Setelah menghasilkan banyak sarjana Matematika, mulai tahun
1988 Jurusan Matematika tidak lagi bernaung dibawah Fakultas Teknik, melainkan
masuk menjadi satu Jurusan di Badan Pengelola MIPA (Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam) dan sekarang menjadi Fakultas MIPA.
Pada tahun pertama
Universitas Semarang dipimpin oleh Presiden Universitas Imam Bardjo, SH dan
Wakilnya Soedarto, SH. Sangat disayangkan Imam Bardjo, SH meninggal dalam masa
jabatanya dan diganti oleh Soedarto SH. Pimpinan universitas waktu itu
dinamakan Presiden Universitas dan pembantunya/wakilnya disebut Kuasa Presiden
I (Akademis) dan Kuasa Presiden II (Administrasi dan Keuangan). Dalam masa
kepemimpinan Soedarto SH, Jacub Rais diangkat sebagai Kuasa Presiden I.
Menjadi Undip
Dalam masa-masa itulah
ada upaya-upaya Universitas Semarang menjadi Universitas Negeri Jawa Tengah
dengan dukungan Pemerintah Daerah dan masyarakat, karena memang belum ada
universitas negeri di provinsi ini. Sebagai Kuasa Presiden I, ia menyiapkan
semua perangkat akademis yang disyaratkan, seperti adanya senat dan merubah
akademi menjadi fakultas-fakultas serta mengangkat pinpinan fakultas. Namun,
syarat utama yang paling penting adalah minimum harus ada dua tenaga tetap
pegawai universitas.
“Mas Darto, panggilan
saya kepada Soedarto, SH, mengajak saya bersama beliau untuk membuat
pernyataan bersedia menjadi dosen atau pegawai universitas yang akan di
negerikan kemudian. Karena itu pula saya menyampaikan surat kepada Jawatan
Pendaftaran Tanah,” katanya. Akhirnya keluar juga Surat Keputusan Pelimpahannya
dari Kementrian Agraria ke Departemen Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan (PTIP).
Dan Surat Keputusan Menteri PTIP No. 9197/UP/II/61 tanggal 1 Maret 1961
mengangkatnya sebagai Lektor Fakultas Teknik Universitas Semarang dengan
pangkat/golongan F/III. Demikian juga Soedarto SH memperoleh surat lolos butuh
dari kementeriannya, maka jadilah mereka berdua “cikal bakal” universitas
negeri di Jawa Tengah.
Dengan usaha keras
bolak-balik ke Jakarta akhirnya panitia penegerian Universitas Semarang dapat
bertemu dengan Presiden Soekarno pada tanggal 9 Januari 1960 dan beliau setuju
menegerikan universitas swasta ini dan memberikan nama “Universitas Diponegoro”.
Keputusan Presiden ini kemudian dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah No 7
Tahun 1961 dan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan No 101247/UU tanggal 3 Desember 1960. Keputusan tersebut
berlaku surut mulai tanggal 15 Oktober 1960 dengan ketentuan tanggal tersebut
merupakan Dies Natalis Undip.
Penetapan tahun 1957
sebagai tahun berdirinya Undip, dengan memperhatikan realitas sejarah dimana
Universitas Semarang sebagai universitas swasta - yang berdiri tahun 1957-
merupakan embrio dari Undip sebagai universitas negeri. Penetapan Dies Natalis
Undip tanggal 15 Oktober 1957, telah dinyatakan pada laporan Rektor Undip dalam
Dies Natalisnya yang ke 13.
Pada awalnya 9 Januari
1960, yaitu tanggal pada waktu Presiden Soekarno memberi nama Universitas
Diponegoro diusulkan menjadi hari jadi UNDIP, namun akhirnya kembali
ditetapkan tanggal 15 Oktober 1950 sebagai hari jadi, mengingat pada
tanggal ini terjadi “pertempuran lima hari” selama revolusi fisik di kota
Semarang. UNDIP memilih tanggal ini untuk meneruskan cita-cita pejuang
kemerdekaan bangsa mengisi kemerdekaan dengan mencerdaskan bangsa. UNDIP adalah
bentuk sumbangsih para penerus bangsa atas amanah yang ditinggalkan para
pejuang kemerdekaan.
Dari tahun 1960 sampai
1965, ia berturut-turut menjalankan tugas sebagai Pembantu Rektor Bidang
Akademis di masa Rektor Prof Soedarto SH, kemudian di masa Presidium
Universitas Diponegoro dipimpin oleh Gubernur Mohtar di tahun 1963 dan
kemudian di bawah Rektor, Prof. Soenaryo, SH (1964-1965). Ketika terjadi
peristiwa G30S/PKI pada tanggal 30 September 1965, Rektor yang setiap
bulan hanya seminggu ada di Semarang, tidak datang ketika keadaan begitu kritis
di Semarang. Menteri Pendidikan ketika itu, Mashuri SH, meneleponnya dan
menugaskannya untuk menjalankan tugas rektor dan segara menugaskan membersihkan
UNDIP dari anasir-anasir G30S/PKI. Jadilah ia caretaker Rektor dan
bersama Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Kolonel dr Soewondo, mereka
berdua bertemu Komandan KMKB, Kol. Munadi, menyusun strategi membersihkan
UNDIP dari anasir-anasir PKI.
Kampus UNDIP di
Pleburan mempunyai riwayat tersendiri. Tanah di Pleburan harus dilikuidasi dari
tanah partikulir (pertikoeliere landerijen) milik raja gula, Oei Tiong Ham di
Semarang dan menjadi tanah negara pada tahun 1958. Tanah partikulir adalah
tanah negara yang dijual oleh Gubernur Jenderal Daendels (1818-1825) kepada
swasta. Untuk mengembangkan UNDIP, ia masih mencari tanah untuk kampus yang
lebih luas. Pada waktu itu ia meneliti tanah Kalipancur, di Semarang Barat,
bekas lapangan udara di zaman Belanda dan Jepang. Daerah ini suatu plateau yang
indah, namun karena airnya harus ditarik dari Ungaran menyebabkan ia mencari
alternatif lain.
Alternatif kedua di
Watugong, yang kini menjadi kantor Kodam IV/Diponegoro. Tanah tersebut
terpotong oleh jalan ke Ungaran yang juga tanah swasta sangat luas
sehingga harus dilikuidasi karena tidak sesuai dengan UU Pokok Agraria No. 5
Tahun 1960. Tanah itu sebagian besar sudah menjadi milik pribadi seorang dokter
mata di Semarang.
Kembangkan Diri
Pada Dies Natalis
ketiga, Universitas Semarang pada tanggal 9 Januari 1960, Presiden RI, Ir.
Soekarno mengganti nama Universitas Semarang menjadi Universitas Diponegoro.
Perubahan ini sebagai penghargaan terhadap Universitas Semarang atas
prestasinya dalam pembinaan bidang pendidikan tinggi di Jawa Tengah.Universitas
Diponegoro kemudian dinyatakan sebagai universitas negeri, terhitung mulai
tanggal 15 Oktober 1960. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari
jadi Universitas Diponegoro (Undip). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7
tahun 1961, Undip, meliputi Fakultas Hukum terdiri dari Bagian Hukum dan Bagian
Sosial Politik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) dengan cabangnya di Surakarta, yang kemudian menjadi IKIP
(Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Pada perkembangannya kemudian, atas
dasar Surat Keputusan Presiden RI. No. 1 tahun 1963, IKIP Universitas
Diponegoro melepaskan diri dan kemudian berdiri sendiri sebagai IKIP Negeri di
Semarang dan IKIP Negeri di Surakarta.
Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro lahir pada tanggal 14 Maret 1960,
ketika sedang mempersiapkan diri sebagai Universitas Negeri.
Sebelum terbentuk Fakultas Ekonomi, yang ada di Undip adalah
Akademi Tata Niaga yang merupakan kelanjutan dari Akademi Tata Niaga
Universitas Semarang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1961
Universitas (swasta) Diponegoro dinyatakan sebagai Universitas Negeri
terhitung mulai tanggal 15 Oktober 1960. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro pada saat berdirinya mempunyai dua jurusan
untuk program gelar yaitu Jurusan Perusahaan dan Jurusan Umum dengan
sistem pendidikan yang disebut sistem paket. Pada tahun akademik
1980/1981 sesuai dengan arahan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
diterapkan sistem pendidikan yang baru disebut sistem kredit. Di bawah sistem
yang baru ini nama jurusan juga diubah, yaitu masing-masing menjadi Jurusan
Manajemen dan Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.
Sejak tahun
akademik 1982/1983 dibuka jurusan baru yaitu jurusan Akuntansi di bawah
bimbingan atau pembinaan Jurusan Akuntansi Universitas Gadjah
Mada. Pada tahun 1986 sudah tidak di bawah pembinaan dari Universitas
Gadjah Mada. Dengan dileburnya Akademi Administrasi Niaga Negara
(AANN) Semarang pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, mulai tahun
1975 dibuka program non gelar dengan nama Pendidikan Ahli Administrasi
Perusahaan (PAAP) yang kemudian pada tahun 1982/1983 ditingkatkan menjadi Program
Diploma III Fakultas Ekonomi. Saat ini Program Diploma III
mempunyai tiga program studi yaitu Program Studi Akuntansi, Program Studi
Kesekretariatan dan Program Studi Perpajakan.
Kemudian pada tahun
1994 dibuka Program S1 Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro yang
pada awal pendiriannya bernama Program Extension Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro yang didirikan berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas
Diponegoro Nomor 281/SK/PT09/1993, tanggal 27 Oktober 1993 tentang Pembentukan
Program Studi S1 Manajemen, Studi Pembangunan dan Akuntansi pada Program
Extension Fakultas Ekonomi Undip. Dengan keluarnya SK Ditjen
Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
369/DIKTI/Kep.1996 tentang Pembukaan Program Ekstensi dalam Program-program
Studi Pembangunan, Manajemen dan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Juni 1996, maka
pada awal semester genap tahun akademik 1996/1997 penggunaan istilah Program
Extension diganti dengan Program Ekstensi.
Pada tahun 1994 dibuka
Program Studi Magister Manajemen (MM) yang penyelenggaraan kegiatannya
berada di Fakultas Ekonomi, sedang pengelolaannya ditangani oleh Program
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Pada tahun 1999 dibuka Program
Studi Magister Akuntansi (M.Si), dan tahun 2000 dibuka
Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (M.Si). Pada
tahun 2002 dibuka Program Doktor/ S-3 Ilmu Ekonomi, serta pada tahun 2003
telah dibuka Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA).Program gelar yaitu
program sarjana menghasilkan sarjana untuk pertama kalinya dalam tahun
1967. Antara tahun 1967 sampai dengan tahun 1977 dalam setiap tahunnya
rata-rata 37 mahasiswa dapat menyelesaikan studi sarjananya.Sejak
berlakunya sistem semester penuh (Sistem Paket) pada tahun 1978 jumlah
lulusan Sarjana Ekonomi meningkat menjadi 75 orang per tahun.
Setelah
diberlakukannya Sistem Kredit Semester sejak tahun 1980 secara bertahap
dan mulai menghasilkan Sarjana Ekonomi sejak tahun 1984, rata-rata
lulusan adalah 180 orang per tahun. Sampai dengan tanggal 31 Juli 2006
jumlah seluruh lulusan program S1 sebanyak sebesar 8.826 orang.
Sedangkan lulusan Program D III sampai dengan tanggal 31 Juli 2006
sebanyak 7.084 orang.
Universitas Diponegoro
terus mengembangkan diri dengan melengkapi fakultas-fakultas yang sangat
dibutuhkan sebagai pencetak sumber daya manusia yang berkualitas sarjana. Dalam
kurun waktu 1961-1970, Universitas Diponegoro telah berhasil mendirikan empat
fakultas, yaitu Fakultas Kedokteran (1961), Fakultas Peternakan (1964),
Fakultas Sastra (1965) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1965).
Sampai saat ini ada 11
fakultas di Undip, yaitu Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi,Fakultas Teknik, Fakultas Kedokteran, Fakultas
Peternakan, Fakultas Sastra,Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan serta Fakultas Psikologi. VISI
Pada tahun
2020, Undip merupakan Universitas Riset yang unggul
MISI
1. Meningkatkan kualitas
dan kuantitas pendidikan sehingga menghasilkan lulusan yang mempunyai
keunggulan kompetitif, komparatif secara internasional dan berkontribusi pada
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
2. Meningkatkan kualitas
dan kuantitas penelitian dan publikasi serta kepemilikan Hak Atas Kekayaan
Intelektual sebagai upaya pengembangan ilmu, teknologi dan seni dengan
mengedepankan budaya dan sumber daya lokal
3. Meningkatkan kualitas
dan kuantitas pengabdian kepada masyarakat sebagai upaya penerapan dan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
4. Meningkatkan
profesionalitas, kapabilitas, akuntabilitas dan tata kelola serta kemandirian
penyelenggaraan perguruan tinggi.
Jl Dr Sutomo No 18 Randusari Kota Semarang, Tlp
024-8311523, 8311480
(0)24 831 1523
(0)24 831 1523
6 januari
2012 ; Batas akhir pendaftaran Wisuda ke-125 Tahun 2012
25 – 26
April 2012, Wisuda ke-126 Tahun 2012
18 – 19 Juli
2012, Wisuda ke-127 Tahun 2012
0 komentar:
Posting Komentar